Rabu, 08 Oktober 2014

Aset Tidak Berwujud



BAB I

PENDAHULUAN



1.1.LATAR BELAKANG

Harta / kekayaan / assets dari sudut pandang aktiva / hutang merupakan sumber ekonomi perusahaan yang menunjukkan manfaat dimasa yang akan datang yang diharapkan menghasilkan aliran kas masuk neto, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber ekonomi tersebut dapat berupa produk, uang, sumber produktif perusahaan, klaim penerimaan uang, hak pemilikan kepentingan dalam perusahaan lain, dan lain sebagainya.

Dari sudut pandang penghasilan / biaya, aset tidak hanya sebagai pandangan aktiva / hutang tetapi juga meliputi semua pos yang tidak menunjukkan sumber ekonomi, tetapi yang diperlukan untuk ketepatan mempertemukan dan penentuan pendapat, misalnya persekot biaya, biaya (jangka panjang) yang ditangguhkan.

Dari sudut pandang neraca, aset merupakan komposisi modal yang diinvestasikan.

Aset terdiri dari tiga jenis, yaitu aset tetap, aset tidak tetap, dan aset tidak berwujud. Dan pada makalah ini penulis fokuskan pada pembahasan aset tidak berwujud.



1.2.TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang diharapkan dengan adanya penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Mengetahui dan memahami tentang aset tidak berwujud beserta contoh-contohnya.
  2. Mengetahui dan memahami perbedaan menonjol tentang aset tidak berwujud dibanding dengan aset lainnya.
  3. Mengetahui dan memahami tentang akuntansipencatatan aset tidak berwujud.



1.3.MANFAAT PENULISAN

Dengan adanya makalah “Akuntansi Aset Tidak Berwujud” ini semoga bermanfaat terutama bagi para pembaca untuk dapat  menambah wawasan tentang akuntansi aset tidak berwujud.




BAB II

PEMBAHASAN



2.1.PENGERTIAN ASET TIDAK BERWUJUD

Aset tidak berwujud atau dengan istilah lainnya intangible assets adalah aset yang tidak berbentuk fisik yang memberikan hak keekonomian dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secara terpisah dalam klasifikasi aset yang lain.

Dilihat dari masa manfaatnya, aset tidak berwujud memiliki kesamaan dengan aset tetap, yaitu memberikan manfaat ekonomi dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Biasanya berupa hak atau posisi yang menguntungkan perusahaan dalam usaha memperoleh penghasilan.

Intangible assets dianggap sebagai aset (meskipun tidak berwujud) karena menunjukkan hak dan manfaat-manfaat di masa depan, atau dengan kata lain bahwa pengeluaran yang dibuat untuk mendapatkan atau mengembangkannya akan mendatangkan manfaat selama beberapa periode akuntansi di masa yang akan datang.



2.2.BIAYA PEROLEHAN ASET TIDAK BERWUJUD

Intangible assets dimasukkan dalam catatan akuntansi perusahaan pada biaya perolehannya. Biaya perolehan ini meliputi berbagai macam pengeluaran yang diperlukan untuk menempatkan aset tidak berwujud tersebut dalam kapasitas memberikan jasa. Semua biaya dikapitalisasi karena memberikan manfaat ekonomi untuk periode-periode di masa mendatang.



2.3.PENGGOLONGAN ASET TIDAK BERWUJUD

Aset tidak berwujud dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

1.      Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya dibatasi oleh UU

Contohnya : Hak paten, hak cipta, hak monopoli.

2.      Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas

Contohnya : Merk dagang, goodwill.



2.3.1.      Hak Paten

Hak paten adalah hak dari pemerintah kepada seseorang untuk memproduksi, menjual, atau menggunakan suatu penemuan untuk digunakan sendiri. Masa penggunaan hak paten dibatasi selama 17 tahun dan setelah masa berlakunya habis bisa diperbaharui lagi atau diperpanjang. Paten memungkinkan pemiliknya untuk menggunakan, memproduksi, ataupun menjual subjek paten dan mematenkannya. Tanpa perlindungan hak paten, para penemu kemungkinan tidak bersedia mencari produk-produk baru. Hak paten dapat diperoleh atas produk baru yang dikembangkan dalam laboratorium perusahaan sendiri, atau dapat dibeli dari pihak lain. Biaya perolehan hak paten adalah kapitulasi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hak paten, seperti biaya pemrosesan hak paten dan biaya legal lainnya yang dikeluarkan.

Contoh:

Pada 1 januari 2000 PT Cipta memperoleh hak paten senilai Rp40.000.000. Masa pakai hak paten adalah 8 tahun. Entri-entri jurnal untuk mencatat hak paten dan amortisasi hak paten untuk tahun pertama sebagai berikut:

01 Jan’00   Hak paten            40.000.000

                   Kas                      40.000.000

            (Untuk mencatat biaya perolehan hak paten)

31 Des ’00  Beban amortisasi 5.000.000

                   Hak Paten                  5.000.000

(Untuk mencatat amortisasi hak paten dengan metode garis lurus selama 8 tahun)

2.3.2.      Hak Cipta

Hak cipta adalah hak yang diberikan pemerintah kepada pengarang, pencipta lagu/seniman untuk menerbitkan, menjual dan mengawasi ciptaannya. Masa penggunaannya dibatasi selama 28 tahun dan bisa diperpanjang lagi selama 28 tahun.

Contoh:

Sebuah rumah produksi membeli hak cipta sebuah novel seharga Rp2.000.000 untuk dijadikan sinetron. Ayat jurnal untuk mencatat pembelian hak cipta tersebut yaitu:

(Tanggal)   Hak cipta             2.000.000

                   Kas                      2.000.000

            (Untuk mencatat pembelian hak cipta)

(Tanggal) Amortisasi hak cipta    400.000

                              Akumulasi hak cipta            400.000

                  (Untuk mencatat amortisasi hak cipta jangkam waktu 5 tahun)

2.3.3.      Hak Monopoli

Hak monopoli adalah hak istimewa yang diberikan pemerintah kepada suatu pihak untuk menggunakan fasilitas punya negara. Hak monopoli bisa diberikan kepada suatu perusahaan untuk bisnis tertentu, misalnya penjualan produk tertentu dalam suatu daerah tertentu. Hak monopoli diberikan dalam batas waktu tertentu.

2.3.4.      Merek Dagang

Ini adalah hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menggantungkan produknya kepada permintaan konsumen. Buat konsumen, merek dagang memberikan jaminan kualitas yang membedakan dengan produk-produk lainnya. Oleh karena itu, merek dagang dan nama dagang diakui sebagai aktiva.

Untuk mendapatkan jaminan hukum, bisa mendaftarkan ke Departemen Kehakiman melalui Direktorat Patent. Suatu merek bisa digunakan sepanjang mempunyai pengaruh yang menguntungkan bagi perusahaan, makanya tidak ada batas waktu untuk menggunakan merek. Merek dagang bisa dipindahkan ke pihak lain tetapi tidak mengganggu keberadaan perusahaan yang terkait. Merek dagang yang dibeli dari pihak lain, harga perolehannya adalah sebesar harga belinya. Tapi jika merek dagang dibuat sendiri semua biaya pembuatan dan pendaftarannya ditanggung sendiri.

2.3.5.      Goodwill

Goodwill merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh suatu perusahaan karena adanya kelebihan. Contohnya seperti nama yang terkenal, staf dan personalia yang kemampuannya tinggi, lokasi perusahaan yang menguntungkan. Akibatnya kemampuan perusahaan melebihi kemampuan normal. Makanya akuntansi memandang goodwill sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan laba diatas normal.

Contoh:

Perusahaan Ratna membeli perusahaan Rizal dengan harga Rp. 800.000.000,-. Data neraca perusahaan Rizal saat transaksi pembeliantotal  asetnya Rp. 1.850.000.000,- dan total kewajibannya Rp. 1.000.000.000,-. Berdasarkan penilaian, harga pasar wajar semua aktiva perusahaan Rizal berjumlah Rp. 1.750.000.000,-

Harga perolehan goodwill berdasarkan data diatas sbb :

Harga beli perusahaan Rizal          :      800.000.000,-

Harga pasar kekayaan bersih perusahan Rizal:

1.750.000.000 - 1.000.000.000,-          :      750.000.000,-Harga perolehan goodwill                         50.000.000

(Tanggal)   Goodwill             50.000.000

                   Kas                      50.000.000

            (Untuk mencatat pembelian goodwill)










Rumus Goodwill = Harga Beli - Harga Pasar Wajar






2.4.      PENCATATAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD

Pada dasarnya masa penggunaan semua jenis aset tidak berwujud akan habis karena dibatasi oleh UU, perubahan faktor ekonomi permintaan, persaingan. Oleh karena itu harga perolehan aset tidak berwujud dicatat dalam pembukuan harus di amortisasi. Amortisasi itu adalah alokasi sistematikbiaya perolehan aset tidak berwujud selam masa manfaatnya.

Meskipun sulit untuk menaksir masa manfaat aset tidak berwujud seperti merk dagang, besar kemungkinan bahwa aset tersebut tidak memberikan kontribusi permanen bagi keuntungan perusahhan di mas depan. Sebagai contoh, penemu sebuah alat elektronik baru dapat memperoleh hak pabrikasi eksklusif dan penjualan selama 17 tahun melalui hak paten. Namunhak paten itu mungkin saja hanya berlangsung selam 5 tahun saja karena sengitnya kompetisi dan kemajuan teknologi yang pesat di bidang elektronik.

Pencatatan metode amortisasi aset tidak berwujud yang ditetapkan SAK adalah dengan menggunakan metode garis lurus. Beban amortisasi untuk tiap periode, dicatat debet pada akun bebanamortisasi dan di kreditkan langsung pada akun aset tidak berwujud yang terkait.

Contoh :

Suatu hak paten yang dimiliki dengan harga perolehan Rp50.000.000 ditaksir akan memberikan manfaat ekonomi selama 10 tahun. Jurnal penyesuaian yang diperlukan pada tiap akhir periode, sebagai berikut:

Des 31  Beban amortisasi patent Rp5.000.000

                            Patent                                Rp5.000.000








BAB III

SIMPULAN



Intangible assets dianggap sebagai aset meskipun tidak berwujud, karena menunjukkan hak dan manfaat-manfaat di masa depan, atau dengan kata lain bahwa pengeluaran yang dibuat untuk mendapatkan atau mengembangkannya akan mendatangkan manfaat selama beberapa periode akuntansi di masa yang akan dating.

Masing-masing jenis aset tidak berwujud harus dinyatakan dalam neraca secara terpisah. Aset tidak berwujud dalam neraca dinyatakan sebesar nilai manfaat yang tersisa.




DAFTAR PUSTAKA



Simamora, Henri. 2000. Akuntansi, Jilid II. Jakarta: Salemba Empat.

Stice, Slice, Skouson. 2005. Intermediate Accounting, Buku Dua, Edisi 15. Jakarta: Salemba Empat.p.p. 000.000 000 - Rp.

Selasa, 30 September 2014

Kertas Kerja audit




KERTAS KERJA AUDIT


Disusun untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Seminar Audit
                                           Oleh : Khutbiati




SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DHARMAPUTRA
SEMARANG
2013




3.1. PENGERTIAN KERTAS KERJA
Kertas kerja adalah catatan yang dipersiapkan dan disimpan oleh auditor yang isinya meliputi prosedur audit yang diterapkan, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh serta kesimpulan yang dicapai dalam penugasan audit ( PSA No.15, SA Seksi 339 ).
Auditor harus membuat dan memelihara kertas kerta, yang isi maupun bentuknya harus didesain untuk memenuhi keadaan-keadaan yang dihadapinya dalam perikatan tertentu tanpa mengubah panduan yang ditetapkan dalam standar auditing.
Informasi yang tercantum dalam kertas kerja merupakan catatan utama pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh auditor dan simpulan-simpulan yang dibuatnya mengenai masalah-masalah yang signifikan.

3.2.TUJUAN KERTAS KERJA
Tujuan dibuatnya kertas kerja yaitu :
a)      Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.
b)      Menguatkan kesimpulan-kesimpulan auditor dan kompetensi auditnya.
c)      Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.
d)     Memberikan pedoman dalam audit tahun berikutnya.

3.3.FUNGSI KERTAS KERJA :
Fungsi Kertas Kerja ( PSA No.15, SA Seksi 339 ) adalah sebagai berikut:
a.       Sebagai pendukung utama bagi laporan auditor, termasuk representasi tentang pengamatan atas atas standar pekerjaan lapangan.
b.      Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.

3.4.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTIMBANGAN AUDITOR
Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kuantitas, bentuk, dan isikertas kerja untuk perikatan tertentu ( PSA No.15, SA Seksi 339 ) :
a.       Sifat perikatan auditor.
b.      Sifat laporan auditor.
c.       Sifat laporan keuangan, daftar, dan keterangan yang perlu bagi auditor dalam pemb laporan.
d.      Sifat dan kondisi catatan klien.
e.       Tingkat risiko pengendalian taksiran.
f.       Kebutuhan dalam keadaan tertentu untuk mengadakan supervisi dan review atas pekerjaan yangdilakukan para asisten.



BAB IV
PEMBAHASAN

3.1.ISI KERTAS KERJA
Kuantitas, tipe, dan isi kertas kerja bervariasi dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor, namun harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar pekerjaan lapangan yang dapat diterapkan telah diamati.
Kertas kerja harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan :
1.      Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan diamatinya standarpekerjaan lapangan yang pertama.
2.      Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit danmenentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3.      Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang telah diterapkan, dan pengujian yang telah dilaksanakan, memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakanpendapat atas laporan keuangan auditan, yang menunjukkan diamatinya standar pekerjaanlapangan ketiga.

3.2.KEPEMILIKAN KERTAS KERJA
1.      Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan atas kertas kerja masih tunduk pada pembatasan yang diatur dalam Aturan Erika Kompartemen Akuntan Publik yang berkaitan dengan hubungan yang bersifat rahasia dengan klien.
2.      Seringkali kertas kerja tertentu auditor dapat berfungsi sebagai sumber acuan bagi kliennya, namun kertas kerja harus tidak dipandang sebagai bagian dari, atau sebagai pengganti terhadap, catatan akuntansi klien.
3.      Auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja danharus menyimpannya dalam periode yang dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuanketentuan hukum yang berlaku mengenai penyimpanan dokumen.

3.3.CIRI-CIRI KERTAS KERJA YANG BAIK
Ciri-ciri kertas kerja yang baik adalah sebagai berikut:
1.      Lengkap
-          KKP berisi seluruh informasi yang pokok. Auditor harus dapat menentukan komposisi semua data penting yang harus dicantumkan dalam kertas kerja.
-          KKP harus dapat berbicara sendiri, tidak memerlukan tambahan penjelasan lisan, tidak berisi informasi yang belum lengkap atau pertanyaan yang belum terjawab.
2.      Ringkas
-          KKP harus dibatasi pada informasi yang pokok saja dan relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas.
-          Auditor harus menghindari rincian yang tidak perlu.
-          Analisis yang dilakukan oleh auditor harus merupakan ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.
3.      Teliti
Auditor harus meme[erhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga KKP-nya bebas dari salah tulis dan perhitungan.
4.      Jelas
-          Auditor harus menyajikan informasi yang jelas kepada pihak-pihak yang akan memeriksa KKP.
-          Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
-          Penyajian informasi secara sistematik perlu dilakukan.
5.      Rapi
KKP harus dibuat dengan rapid an teratur untuk memudahkan dalam review oleh auditor seniornya.

3.4.TIPE KERTAS KERJA
1.      Program Audit
Adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat melakukan audit.
2.      Working Trial Balance
Adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar pada akhir tahun yang diauditdan akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom untuk adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan serta saldo-saldo setelah koreksi auditor yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan auditan.
3.      Ringkasan Jurnal Adjusment
Adalah kumpulan ayat jurnal koreksi yang diperoleh auditor selama melaksanakan audit sebagai akibat dari kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh klien.
4.      Skedul Utama
Adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedule ini untuk menggabungkan akun-akun sejenis yang saldonya akan dicantumkan dalam satu jumlah.
Contoh: Kas ditangan Rp 25.000, Kas Kecil Rp 5.000, Kas di Bank Rp 10.000. Saldo kas yang akan disajikan di laporan keuangan adalah Rp 40.000 (Rp 25.000 + Rp 5.000 + 10.000)
5.      Skedul Pendukung
Adalah kertas kerja pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan operasional yang dikumpulkannya, yang memuat tentang pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor.

3.5.PEMBERIAN INDEKS PADA KERTAS KERJA
3.5.1.      Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Pemberian Indeks Kertas Kerja
Berikut adalah faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja :
1.      Setiap kertas kerja harus diberi indeks, bisa dibuat disudut atas atau sudut bawah kertas kerja.
2.      Pencantuman indeks silang harus dilakukan, sebagai berikut:
-          Indeks silang dari skedul pendukung ke skedul utama
-          Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya
-          Indeks silang antar skedul pendukung
-          Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjustment
-          Indeks silang dari skedul ke working trial balance
-          Indeks silang dapat digunakan untuk menggabungkan program audit dengan kertas kerja
3.      Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print out computer dan sebagainya tidak diberi indeks kecuali juga dilampirkan di belakang KKP.

3.5.2.      Metode Pemberian Indeks pada Kertas Kerja
Ada tiga metode pemberian indeks kertas kerja, yaitu:
1.      Indeks Angka
Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan skedul pendukung diberi sub indeks dengan mencantumkan nomor kode skedul utama yang berkaitan.
Contoh:
1.      Skedul Utama Kas
1-1  Kas di Bank
1-2  Konfirmasi Bank
1-3  Kas Kecil
2.      Indeks Kombinasi Angka dengan Huruf
KKP diberi kode yang merupakan kombinasi huruf dengan angka.KKP utama dan skedul utama diberi kode huruf sedangkan skedul pendukungnya diberi kombinasi huruf dan angka.
Contoh:
A.    Skedul Utama Kas
A-1 Kas di Bank
A-2 Konfirmasi Bank
A-3 Kas Kecil
3.            Indeks Angka Berurutan
KKP diberi kode angka berurutan
Contoh:
1.      SkedulUtama Kas
2.      Kas dan bank
3.      Konfirmasi Bank
4.      Dana Kas Kecil

3.6.SUSUNAN KERTAS KERJA
Susunan kertas kerja adalah sebagai berikut:
1.      Draft laporan audit
2.      Laporan keuangan auditan
3.      Ringkasan informasi bagin reviewer
4.      Program audit
5.      Laporan keuangan yang dibuat oleh klien
6.      Ringkasan jurnal penyesuaian  (adjustment)
7.      Working trial balance
8.      Skedul utama
9.      Skedul Pendukung

3.7.PENGARSIPAN KERTAS KERJA
Ada dua jenis arsip dalam kertas kerja pemeriksaan, yaitu sebagai berikut:
1.      Arsip Kini / Arsip Sementara (Current File)
Adalah arsip yang dibuat setiap kali melakukan audit yang berisi tentang catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.
2.      Arsip Permanen (Permanent File)
Adalah arsip yang berisi tentang data yang relatif tidak mengalami perubahan dalam waktu yang cukup lama, yang terdiri dari:

3.8.TUJUAN DIBENTUKNYA ARSIP PERMANEN
1.        Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit tahun-tahun berikutnya.
2.        Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
3.        Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.

3.9. CARA MEMBUAT KERTAS KERJA AUDIT
Terdapat beberapa teknik dalam pembuatan kertas kerja, meliputi:
1.        Tentukan tujuan setiap pembuatan kertas kerja
Kertas kerja tidak dibuat atau dikumpulkan kecuali jika terdapat suatu tujuan yang akan dicapai. Auditor harus memikirkan dengan baik apa tujuan yang hendak dicapainya dan kemudian merencanakan dengan cermat cara terbaik untuk mencapainya. Data yang tidak relevan tidak perlu dikumpulkan, hal ini untuk mengefisienkan pengarsipan dan waktu penelaahan kertas kerja audit.
2.        Hindari pekerjaan menyalin
Pekerjaan menyalin angka, misalnya: dari buku besar ke kertas kerja audit terbuangnya waktu dan biaya, auditor harus berusaha semaksimal mungkin melaksanakan pekerjaan mereka secara efisien dan tepat guna. Untuk menganalisis rincian saldo akun atau transaksi auditor tidak perlu menyalinnya, tetapi cukup dengan menggunakan rincian yang ada pada pembukuan klien.
3.        Hindari penulisan ulang
Penulisan ulang seperti halnya menyalin menyebabkan terbuangnya waktu, tambahan biaya, risiko salah tulis, ketidakrapian dan lain-lain. Penekanan penyusunan kertas kerja audit adalah sedapat mungkin menghindari penulisan ulang, tetapi haruslah dapat meringkas isi atau pokok yang menjadi fokus auditor dari hasil analisis bukti audit.
4.        Berilah pendukung atau penjelasan pada semua akun
Suatu kertas kerja pendukung (supporting) harus selalu disiapkan untuk semua akun penting yang terdapat dalam kertas kerja neraca dan kertas kerja laba rugi, baik secara naratif sebagai acuan atau penjelasan suatu masalah ataupun berupa catatan kaki kertas kerja neraca dan kertas kerja laba rugi atau skedul utama (Top Schedule) tanpa perlu membuat kertas kerja terpisah.
5.        Tulislah langkah prosedur audit apa saja yang telah dilakukan
Setiap kertas kerja harus menunjukkan ringkasan singkat tapi lengkap tentang prosedur audit (langkah-langkah) apa saja yang telah dilakukan untuk memeriksa suatu akun dan transaksi tertentu.
6.        Kertas kerja pemeriksaan harus diindeks
7.        Pada kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan tentang sifat dari perkiraan yang diperiksa, prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan kesimpulan mengenai kewajaran perkiraan yang diperiksa.
8.        Tuangkan dalam bentuk tulisan 
9.        Penjelasan atau komentar tertulis oleh staf audit sering kali dibutuhkan dalam audit. Hal ini dapat berupa catatan yang menjelaskan suatu skedul dan observasi yang mempengaruhi prinsip dan metode akuntansi. Pertanyaan yang dilakukan selama audit di lapangan dan pemecahannya harus diungkapkan secara lengkap dalam kertas kerja.
10.    Buktikan penjelasan lisan yang diperoleh
Dalam menganalisis dan memeriksa keterjadian dan kebenaran beban, auditor tidak cukup hanya dengan menerima penjelasan yang diberikan oleh klien. Auditor harus selalu memeriksa dokumen sumber transaksi. Oleh sebab itu, selain mencatat penjelasan lisan dalam kertas kerja audit, auditor juga harus melampirkan keterangan bahwa pemeriksaan saldo akun atau transaksi telah dilakukan untuk mendukung penjelasan lisan tersebut.
11.    Jawablah pertanyaan yang muncul
Dalam proses pelaksanaan audit sering muncul beberapa pertanyaan, seperti keyakinan kebenaran suatu angka, mengapa saldo kredit dalam rekening Koran bank tidak tercermin dalam buku besar dan lain sebagainya. Biasanya pertanyaan-pertanyaan yang terjadi merupakan aspek yang paling penting dalam audit dan staf audit harus memperhatikan agar pertanyaan tersebut tidak ada yang tidak terjawab pada saat selesainya audit.
12.    Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan mereview working papers sehingga dapat diketahui siapa yang bertanggung jawab.
13.    Di bagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan daftar isi dan indeks kertas kerja pemeriksaan dan paraf seluruh tim pemeriksa yang terlibat dalam penugasan audit tersebut.

3.10. CONTOH KERTAS KERJA
1.      Program audit
2.      Hasil pemahaman terhadap struktur pengendalian intern
3.      Analisis
4.      Memorandum
5.      Surat Konfirmasi
6.      Representasi klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan
7.      Daftar komentar yang dibuat atau diperoleh auditor

Welcome Wajah Glowing Impianku!

Halo Beauties. Apa kabar? Semoga senantiasa sehat dan bahagia selalu, ya. Begitu pula dengan keadaan kulit kita, semoga sehat dan glowing, d...